Masyarakat Indonesia telah menyambut teknologi digital dengan antusias dan merupakan salah satu pengguna media sosial paling aktif di dunia seperti Facebook, Instagram, Line, Twitter dan YouTube. Hal ini berjalan beriringan dengan perkembangan bisnis online di Indonesia.
Pada saat yang sama, Indonesia memiliki ekosistem digital yang berkembang yang ditandai dengan perdagangan online, layanan ride-sharing, distribusi media, dan layanan keuangan.
Indonesia memiliki jumlah startup teknologi miliaran dolar terbesar di Asia Tenggara, termasuk Bukalapak, Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka. Selain menciptakan lapangan kerja yang signifikan, pesatnya perkembangan digital Indonesia berdampak besar bagi warga negara.
Daftar Isi
Kebiasaan Digital
Hal ini menunjukkan pada tahun 2017 terdapat 132,7 juta pengguna aktif internet dan 130 juta pengguna aktif media sosial. Kemudian, pada tahun 2019, pengguna media sosial aktif di Indonesia mencapai 160 juta. Ini juga menunjukkan bahwa 96% pengguna internet memiliki ponsel (jenis apa pun), diikuti oleh smartphone (94%) dan laptop atau desktop (66%).
Dari data tersebut, saya dapat mengatakan bahwa perkembangan teknologi di Indonesia telah mempengaruhi perubahan gaya hidup sosial di berbagai aspek kehidupan. Meningkatnya penggunaan media online sebagai sarana interaksi sosial telah memberikan banyak kemudahan dalam komunikasi dan informasi di segala bidang.
Apalagi di dunia bisnis yang saat ini menghadapi persaingan global yang ketat. Saat ini, internet dianggap lebih baik daripada bisnis internet yang berusaha memenangkan persaingan bisnis. Hal ini didasarkan pada peningkatan jumlah pengguna internet di dunia yang memudahkan perusahaan online untuk memasarkan dan mengembangkan bidang usahanya.
Ekonomi digital dan perdagangan online
Ekonomi digital di Asia Tenggara didominasi oleh beberapa sektor seperti e-commerce, perjalanan online, media online, dan berkuda. Empat sektor utama tersebut memainkan peran utama dalam mentransformasi bisnis di Asia Tenggara – sebagai lokomotif dan pintu gerbang ekonomi digital. Memang, sektor e-commerce di Indonesia telah membuka peluang baru, terutama untuk mendorong UKM untuk melangkah dan menciptakan lebih banyak tawaran pekerjaan. Sektor e-commerce terus mendapatkan pangsa pasar terbesar dengan total nilai pasar (GMV) sebesar $21 miliar dan diperkirakan akan terus tumbuh sebesar $82 miliar pada tahun 2025. Sehingga dapat dipahami bahwa potensi e-commerce sangat luas. open yang membuat banyak pemodal ventura menanamkan modalnya di perusahaan e-commerce di Indonesia.
McKinsey (2018) menyatakan bahwa perdagangan online telah memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Pertumbuhannya yang berkelanjutan akan berdampak positif pada UKM, populasi perbankan yang lebih luas, dan prospek ekspor negara. Perdagangan online di Indonesia memiliki dampak sosial ekonomi di empat bidang: keuntungan finansial, penciptaan lapangan kerja, keuntungan pembeli, dan kesetaraan sosial.
keuntungan finansial
Berdasarkan Mckinsey (2018), Indonesia adalah pasar perdagangan online terbesar di Asia Tenggara, menghasilkan hampir $2,5 miliar pendapatan konsumsi baru hari ini dan kemungkinan $20 miliar pada tahun 2022. Hingga 30 persen perdagangan Online adalah konsumsi baru, atau pembelian yang tidak akan terjadi dengan tidak adanya perdagangan online, dan kemungkinan akan meningkat karena perdagangan online menyebar ke daerah-daerah dengan permintaan konsumen yang belum dimanfaatkan.
Selain itu, 55 persen belanja online commerce di Indonesia berasal dari Jabodetabek, di mana pasar ritel online lebih matang dibandingkan wilayah lain. Pengeluaran online di Jakarta, sebagai persentase dari pengeluaran rumah tangga, empat kali lebih tinggi daripada di wilayah lain di Jawa dan sepuluh kali lebih tinggi daripada di luar Jawa.
penciptaan lapangan kerja
Sektor perdagangan online di Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar kerja negara. McKinsey (2018) memperkirakan bahwa pada tahun 2022, perdagangan online akan secara langsung atau tidak langsung mendukung sekitar 26 juta pekerjaan.
Dukungan langsung mencakup pekerjaan baru yang sebelumnya tidak akan ada (misalnya, pemrogram di perusahaan perdagangan online dan posisi di perusahaan logistik). Dukungan tidak langsung mencakup fungsi yang ada saat ini tetapi akan dipengaruhi secara positif oleh aliran pendapatan perdagangan online, seperti pemilik UKM yang beralih dari penjualan offline ke online atau penyedia pembayaran mengalihkan layanan mereka dari toko fisik ke penjualan online.
Keuntungan pembeli
Konsumen memanfaatkan penghematan dalam perdagangan online di seluruh negeri, tetapi ada perbedaan geografis yang menarik.
Bahkan, konsumen di luar Jawa yang membeli barang secara online menghemat antara 11 hingga 25 persen dibandingkan dengan ritel tradisional. Di wilayah Jawa, di mana penghematan berkisar antara 4 hingga 14 persen, jaringan distribusi sudah sangat berkembang, sehingga penghematannya lebih sedikit daripada di bagian lain negara ini.
kesetaraan sosial
Salah satu manfaat utama perdagangan online di Indonesia adalah dampaknya terhadap masalah sosial, termasuk kesetaraan gender, inklusi keuangan, dan pertumbuhan ekonomi.
Sementara di daerah pedesaan, perdagangan online dimulai dari basis kecil, telah tumbuh secara eksponensial baik dalam penjualan maupun pengeluaran. Daerah dengan pengeluaran rumah tangga yang tinggi dan penetrasi internet menunjukkan peningkatan pengeluaran online per kapita.
Diperkirakan pada tahun 2022, 65 juta warga mengkonsumsi melalui e-commerce. Empat wilayah metropolitan terbesar di Indonesia seperti wilayah metropolitan Jakarta, Bandung, Surabaya dan Semarang – menyumbang hampir 70 persen dari seluruh belanja online.
Pendapat Singkat
Menurut saya, berdasarkan data yang saya jelaskan di atas, membangun ekonomi digital di Indonesia akan menjadi sangat nyata dan masih berlangsung hingga saat ini. Implikasinya bagi bisnis online di Indonesia merupakan perkembangan yang sangat penting dan menjadi bisnis yang sangat menjanjikan.
Indonesia akan dapat merasakan peningkatan jika UKM beralih dari offline ke online. Peserta utama dalam ekosistem digital Indonesia, seperti pasar online, dapat menyediakan layanan bisnis yang komprehensif untuk membantu usaha kecil dan menengah membangun kehadiran online, mengejar perdagangan online, dan menggunakan pembayaran digital.
Kemudian, jumlah UKM di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 64 juta UKM, dan McKinsey (2018) melaporkan bahwa lebih dari 60 persen UKM Indonesia terhubung ke Internet, tetapi hanya sekitar 15 persen yang memiliki sistem pemesanan dan pembayaran online.
UKM Indonesia menghadapi berbagai kendala dalam mengejar perdagangan online, dan hanya sedikit yang berhasil mengatasi hambatan tersebut. Di antara tantangan tersebut adalah kurangnya pengetahuan tentang perdagangan online, terbatasnya personel yang dapat berpartisipasi dalam perdagangan online, dan risiko bahwa produk dapat diduplikasi oleh pesaing. Inilah tantangan yang harus dihadapi Indonesia saat ini, namun percaya atau tidak Indonesia akan mampu melakukannya dalam waktu dekat.